Kamis, 14 Oktober 2010

JENIS-JENIS KELOMPOK


Berikut ini adalah jenis-jenis penggolongan kelompok: 
  • Dyad
Kelompok yang terdiri dari 2 orang saja, interaksi dan interdepedensi kuat.
Contoh: pasangan suami-istri
2.        
  • Kelompok Kecil
Kelompok primer dimana anggotanya dapat berkomunikasi secara ‘face to face’, ketergantungan dan identitas kelompok sangat jelas. Biasanya jumlah anggotanya kurang dari 12 orang.
Contoh: Keluarga, Tim kerja perusahaan.
3.        
  • Organisasi
Sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama dengan struktur yang sangat jelas.
Contoh: Yayasan, Perusahaan dll.
4.        
  • Massa
Sekumpulan orang yang banyak (ratusan/ribuan) yang berkumpul bersifat temporer/sementara, dengan satu tujuan yang sama, namun tidak terstuktur.
Contoh: Demonstrasi
5.      
  • Agreegat
Sekumpulan orang dengan karakteristik tertentu, dimana orang-orang tersebut tidak saling mengenal ataupun berinteraksi
Contoh: orang-orang antri sembako


Robbins juga mengemukakan pendapatnya mengenai Jenis-jenis kelompok, yaitu:
  • -          Kelompok Formal
  • -          Kelompok Informal
  • -          Kelompok Komando
  • -          Kelompok Tugas
  • -          Kelompok Interest
  • -          Friendship

F.I.R.O


Fundamental Interperonal Relations Orientation atau biasa disingkat F.I.R.O yang dikemukakan oleh Willian C. Schultz. Menjelaskan mengenai hal-hal yang mendorong seseorang masuk dalam kelompok.
3 dimensi hubungan interpersonal tersebut yaitu:

-          Need of Inclusion
Kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki (merasa jadi bagian dalam suatu kelompok)

-          Need of Control
Kebutuhan untuk mendominasi dan didominasi. 

-          Need of Affection
Kebutuhan kasih sayang (menyukai dan disukai)

WHY DO PEOPLE JOIN GROUPS?

Membangun hubungan dengan orang lain adala salah satu kebutuhan dasar dari manusia. Sejak zaman purba, manusia selalu hidup berkelompok sebagai upaya ‘survival’ sebagai makhluk yang lemah. Sudah menjadi ‘basic instinct’ semua manusia diseluruh dunia dalam budaya manapun, untuk membangun ‘Relationship’ dengan manusia lain, itulah mengapa kita disebut ‘makhluk sosial’.
Kenapa orang masuk kelompok? Selain alasan ‘evolutioner’ diatas. Beberapa tokoh psikologi kelompok juga memiliki beberapa pemikiran, alasan orang masuk kedalam sebuah kelompok:

Forsyth:
- Pemuasan kebutuhan-kebutuhan psikologis
- Meningkatkan ketahanan yang adaptif (survival)
- Kebutuhan akan informasi

Robbins:
- Rasa aman
- Status
- Penghargaan diri
- Keterikatan
- Kekuasaan
- Pencapaian tujuan

Shaw:
- Keterikan interpersonal
- Aktivitas kelompok
- Tujuan kelompok
- Keanggotaan kelompok
- Efek instrumental dari keanggotaan kelompok

Sabtu, 09 Oktober 2010

KERJA KELOMPOK LEBIH BAIK DARI PADA KERJA SENDIRI, APA BENER?

Pepatah lama bilang: “Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”. Ada juga prinsip dalam gotong royong: “Bekerja bersama akan terasa lebih ringan dan lebih cepat”. Intinya sih mengajarkan kita bahwa kalo kerja kelompok itu akan lebih efektif, kerja bareng-bareng lebih baik dari pada kerja sendiri. Apa bener begitu?
Dari pengalaman saya kerja kelompok sejak masih pake baju putih biru (SMP) sampai sekarang udah di bangku Kuliah, membuktikan bahwa: ‘Nggak selalu kerja bareng akan lebih baik’. Saya malah ngerasa kerja kelompok itu lebih ‘ribet’ dan melelahkan, dan hasilnya pun kadang kurang memuaskan (buat diri saya pribadi). Belajar kelompok juga gitu. Malah lebih banyak bercandanya dari pada belajarnya. Dan saya coba tanya-tanya beberapa teman, ada juga yang ngerasa demikian, lebih enak kerja sendiri dari pada keroyokan.
Kenapa yaa? Apa jangan-jangan saya (dan teman saya yang saya tanya) yang terlalu ‘egoistis’ dan ‘individualistis’?

Ternyata setelah mempelajari buku: Social Psychology karya Aronson, dkk. Saya dapat jawabannya, berdasarkan teori-teori

1. Social Loafing & Social Facilitation.
Jadi menurut teori itu, Kinerja kita secara tidak langsung dipengaruhi oleh kehadiran orang lain. Nah, kehadiran orang lain itu bisa bikin kita semangat atau sebaliknya. Menurut Robert Zaconc, Social Facilitation artinya: kehadiran orang lain membuat kita berenergi dan akhirnya kinerja kita jadi bagus. Sedangkan Social Loafing, menurut Bibb Latane artinya: dalam kerja kelompok, kinerja seseorang kurang baik bila diberi tugas sederhana, dan akan terpacu untuk berkerja baik jika diberi tugas kompleks.
Nah, kemungkinannya adalah: tugas yang diberikan untuk kelompok kita itu tergolong sederhana, jadi kita kurang terpacu, cenderung menyepelekan dan pembagian tanggung jawab yang kurang jelas.

2. Contagion
Gustav Lee Bon bilang: dalam sekelompok orang ada penularan emosi atau perilaku dari seorang ke orang lain. Dan kabar buruknya, hal buruk lebih cepat ‘menular’ dari pada hal baik. Nah, mungkin saat sedang kerja kelompok, ada ‘hawa malas’ dan hasrat buat bercanda dari seorang anggota dalam kelompok, akhirnya membuat kita (satu kelompok) jadi ikutan juga.

3. Groupthink
Irvin Janis bilang: dalam berkelompok sangat mungkin ada kekeliruan pengambilan keputusan. Hal itu bisa terjadi karena ada tuntutan untuk memenuhi prinsip “banyak kepala, satu pikiran”. Walau tak bisa dipungkiri memang pendapat dari beberapa orang akan lebih objektif dan melengkapi ide-ide.

4. Kemungkinan Lain
Kemungkinan lainnya bisa jadi dari faktor situasi dan juga mungkin faktor personal anggota. Contohnya:
- Dalam hal komunikasi, para anggota kelompok sulit ngumpul untuk berdiskusi dan bekerja bersama karena faktor waktu (tiap anggota memiliki jadwal yang berbeda) dan jarak rumah angota-anggotanya yang berjauhan.
- Dalam hal pembagian tugas; ada anggota yang nggak kerja, ada yang jadi ‘sie. sibuk’. Harus ada pembagian tugas yang sesuai kompetensi anggota pastinya.
(masih berkaitan dengan tulisan sebelumnya: BAGAIMANA MENG-EFEKTIFKAN SEBUAH KELOMPOK?)

Jadi kita harus pintar-pintar mengatur strategi berkelompok, agar pekerjaan kita menjadi efektif dan excellent. Ada kalanya kita mengambil psinsip seperti koki masak: “kebanyakan tangan, ribet”. Ada kalanya juga kita berprinsip: “bersama kita bisa!”

KARAKTERISTIK KELOMPOK

Sama halnya dengan manusia sebagai individu, setiap kelompok juga memiliki karakternya masing-masing. Karakteristik itulah yang membuat perbedaan dan keunikan.
Karakteristik Kelompok menurut Sortsyth (Arishanti, 2005), yaitu:

1. Interaksi
Bagaimana hubungan/kontak fisik, verbal, nonverbal dan emosional dari anggotanya.
2. Struktur
Mengacu pada relasi antar anggota, struktur peran dan jabatan dalam anggota, serta norma dalam kelompok.
3. Tujuan
Hal yang ingin dicapai, baik oleh kesatuan kelompok atau kesatuan individu anggota kelompok tersebut. Dan umumnya tujuan inilah motivasi yang paling kuat dalam perilaku kelompok.
4. Groupness
Hampir mirip dengan istilah kohesifitas, dimana kelompok tersebut menjadi kesatuan yang bersatu.
5. Ketergantungan Dinamis
Dalam kelompok perlu adanya Interdependensi pada anggotanya, namun bukan berarti bergantung sepenuhnya pada seseorang/beberapa orang.

PENDEKATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PSIKOLOGI KELOMPOK


Sama halnya dengan studi lainya, sebuah masalah atau fenomena dapat dipandang dari beberapa sudut pandang, atau biasa disebut dengan pendekatan. Dan dalam studi mengenai kelompok, terdapat beberapa pendekatan yang digunakan, yaitu:


Teori sintalitas Kelompok
Teori yang diungkapkan oleh Cattel, 1951. Sintalitas adalah kepribadian pada individu dan mencakup hal-hal kebersamaan, dinamika, tempramen dan kemampuan kelompok (Cahyani, 2008)
Ada 3 dimensi yang dapat dikaji dalam kelompok:
a.       Sifat-sifat sintalitas
Pengaruh kehadiran kelompok terhadap kelompok lain dan juga terhadap lingkungannya.
b.      Sifat-sifat Struktur Kelompok
Hal ini lebih kepada internal kelompok. Bagaimana hubungan antar anggota kelompok, pola organisasi, dan perilaku kelompok tersebut.
c.       Sifat-sifat Populasi
Sifat rata-rata anggota kelompok terhadap masalah lingkungannya.

Teori Produktivitas Kelompok
Teori Produktivitas atau teori prestasi kelompok yang dikemukakan oleh Stogdill ini adalah pengembangan dari 3 teori dari orientasi yang berbeda, yaitu:
a.       Orientasi Penguat, yaitu mengenai teori-teoi tantang belajar
b.      Orientasi Lapangan, yaitu teori-teori tentang interaksi
c.       Orientasi Kognitif, yaitu teori-teori tentang harapan
Gambaran dari teori ini adalah sebagai berikut:




Penjelasan:
Masukkan dari anggota (sumber input)
Kelompok adalah suatu sistem interaksi yang terbuka. Struktur dan kelangsungan kelompok bergantung pada tindakan anggota: Interaksi (adalah reaksi yang terjadi sebagai respons terhadap reaksi anggota lain); Hasil perbuatan (performance) adalah kegiatan yang mempunyai kaitan dengan kelompok, yaitu merupakan bagian dari interaksi. Misal: kerja sama, merencana, berkomunikasi, yang kesemuanya dilakukan dalam kedudukan pelaku sebagai anggota kelompok; Harapan adalah kesediaan untuk mendapatkan reinforcement (kekuatan yang dijadikan suatu dorongan untuk maju)

Variabel Media
Interaksi, perbuatan dan harapan, merupakan bagian yang saling bergantung:
1) Struktur formal: Fungsi adalah sumbangan yang diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu terhadap pencapaian tujuan kelompok; Status menunjukkan kebebasan seseorang dalam posisi tertentu untuk mengambil prakarsa dan mempertahankan tujuan kelompok. Status dinilai dengan menghubungkan satu posisi dengan posisi lainnya sehingga terlihat adanya hierarki kelompok.
2) Struktur peran (role) adalah perkiraan perilaku yang diharapkan seseorang dalam posisi tertentu.
3) Responsibility/tanggung jawab adalah serangkaian hasil perbuatan yang diharapkan dari individu dalam batas-batas posisinya.
4) Otoritas adalah tingkat kebebasan yang diharapkan untuk dilakukan individu dalam posisinya

Prestasi Kelompok (out put)
Output dalam kelompok/produktifitas bisa diartikan sebagai efektifitas kelompok dalam mencapai tujuannya
1) Produktivitas adalah derajat perubahan harapan tentang nilai-nilai yang dihasilkan oleh perilaku kelompok, yaitu kearah nilai yang lebih positif atau lebih negatif
2) Moral adalah derajat kebebasan dari hambatan-hambatan dalam kerja kelompok menuju tujuannya. Termasuk dalam moral kelompok adalah kebebasan individu untuk bertindak, berinteraksi.
3) Integrasi adalah tingkat kemampuan kelompok untuk mempertahankan struktur dan mekanisme operasinya dalam kondisi yang penuh tekanan.

Kamis, 30 September 2010

ISU TERKINI: KELOMPOK DUNIA MAYA


Teknologi internet yang berkembang pesat saat ini, seakan dunia ditangan kita. Sekarang War-Net (Warung Intenet) menjamur dimana-mana, siapapun bisa memanfaatkan fasilitas canggih ini. Mencari dan berbagi segala macam informasi dapat dilakukan dengan mudah. Selain itu, bersosialisai lewat dunia maya, juga telah menjadi fenomena saat ini. Situs-situs jejaring sosial ramai bermunculan.

Salah satunya situs jejaring sosial ‘Facebook’. Sesuai namanya, FB adalah tempat untuk sosialisasi, berinteraksi dan bertukar informasi. Dilihat dari kacamata psikologi kelompok atau sosial, ada relasi inter-personal dan juga intra-group. Walau memang hanya dalam bentuk maya. individu-individu (dalam hal ini adalah para Facebookers) tidak berinteraksi langsung satu sama lain.
Pengertian ‘kelompok’ sendiri, seperti pengertian kelompok yang dikemukakan oleh Mills (Shaw, 1979:8) menyatakan, “Just what are these small groups we are referring to? To put it simply, they are units composed of two or more persons who come into contact for a purpose and who consider the contact meaningful.” Dari apa yang dipaparkan Mills, kesimpulannya adalah titik berat dalam pengertian kelompok dilihat dari adanya purpose atau tujuan dan memandang kontak dalam kelompok adalah meaningful. Ditinjau dari berbagai sudut pandang teori psikologi kelompok, berkelompok didasari pada interaksi antar individu, satu tujuan, memiliki kecocokan, ada kebutuhan inklusi, kontrol, dan afeksi (Shaw,1979).
Homans (1950) juga mengemukakan definisi dari kelompok, yaitu: sejumlah individu berkomunikasi satu dengan yang lain dalam jangka waktu tertentu yang jumlahnya tidak terlalu banyak, sehingga tiap orang dapat berkomunikasi dengan sesama anggota secara langsung.
Interaksi dunia maya melalui facebook nampaknya sangat diminati. Berkelompok dan berinteraksi dalam dunia maya, sebenarnya kurang memenuhi kriteria teori kelompok diatas. Para facebookers jelas Tidak melakukan sebuah kontak langsung antar anggota. Ada sebuah ‘interaksi sosial berkelompok’ yang keliru. Dan nampaknya dunia maya (dalam hal ini Facebook) telah membuat esensi dari interaksi berkelompok menjadi bergeser.
  
Lain dulu lain sekarang
Dahulu yang namanya ‘berkelompok’ itu; kita saling kumpul, ngobrol langsung, tatap muka dengan muka, ada kekompakan terjadi.
Sekarang, berkelompok adalah komunikasi antara saya, alat komunikasi (handphone, komputer, dsb), dan teman sekelompok saya. Artinya, kontak langsung tidak harus terjadi.
Namun demikian, ‘bersosial dan berkelompok’ di dunia maya bukan berarti tidak dapat berlangsung baik. Bahkan hal ini jelas memudahkan kita dalam berinteraksi dan berkomunikasi, jarak yang jauh pun tak jadi masalah lagi sekarang. Hanya saja sebuah ‘kehangatan’ dari pertemanan langsung kurang dapat dirasakan di dunia maya.