Sabtu, 09 Oktober 2010

KERJA KELOMPOK LEBIH BAIK DARI PADA KERJA SENDIRI, APA BENER?

Pepatah lama bilang: “Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”. Ada juga prinsip dalam gotong royong: “Bekerja bersama akan terasa lebih ringan dan lebih cepat”. Intinya sih mengajarkan kita bahwa kalo kerja kelompok itu akan lebih efektif, kerja bareng-bareng lebih baik dari pada kerja sendiri. Apa bener begitu?
Dari pengalaman saya kerja kelompok sejak masih pake baju putih biru (SMP) sampai sekarang udah di bangku Kuliah, membuktikan bahwa: ‘Nggak selalu kerja bareng akan lebih baik’. Saya malah ngerasa kerja kelompok itu lebih ‘ribet’ dan melelahkan, dan hasilnya pun kadang kurang memuaskan (buat diri saya pribadi). Belajar kelompok juga gitu. Malah lebih banyak bercandanya dari pada belajarnya. Dan saya coba tanya-tanya beberapa teman, ada juga yang ngerasa demikian, lebih enak kerja sendiri dari pada keroyokan.
Kenapa yaa? Apa jangan-jangan saya (dan teman saya yang saya tanya) yang terlalu ‘egoistis’ dan ‘individualistis’?

Ternyata setelah mempelajari buku: Social Psychology karya Aronson, dkk. Saya dapat jawabannya, berdasarkan teori-teori

1. Social Loafing & Social Facilitation.
Jadi menurut teori itu, Kinerja kita secara tidak langsung dipengaruhi oleh kehadiran orang lain. Nah, kehadiran orang lain itu bisa bikin kita semangat atau sebaliknya. Menurut Robert Zaconc, Social Facilitation artinya: kehadiran orang lain membuat kita berenergi dan akhirnya kinerja kita jadi bagus. Sedangkan Social Loafing, menurut Bibb Latane artinya: dalam kerja kelompok, kinerja seseorang kurang baik bila diberi tugas sederhana, dan akan terpacu untuk berkerja baik jika diberi tugas kompleks.
Nah, kemungkinannya adalah: tugas yang diberikan untuk kelompok kita itu tergolong sederhana, jadi kita kurang terpacu, cenderung menyepelekan dan pembagian tanggung jawab yang kurang jelas.

2. Contagion
Gustav Lee Bon bilang: dalam sekelompok orang ada penularan emosi atau perilaku dari seorang ke orang lain. Dan kabar buruknya, hal buruk lebih cepat ‘menular’ dari pada hal baik. Nah, mungkin saat sedang kerja kelompok, ada ‘hawa malas’ dan hasrat buat bercanda dari seorang anggota dalam kelompok, akhirnya membuat kita (satu kelompok) jadi ikutan juga.

3. Groupthink
Irvin Janis bilang: dalam berkelompok sangat mungkin ada kekeliruan pengambilan keputusan. Hal itu bisa terjadi karena ada tuntutan untuk memenuhi prinsip “banyak kepala, satu pikiran”. Walau tak bisa dipungkiri memang pendapat dari beberapa orang akan lebih objektif dan melengkapi ide-ide.

4. Kemungkinan Lain
Kemungkinan lainnya bisa jadi dari faktor situasi dan juga mungkin faktor personal anggota. Contohnya:
- Dalam hal komunikasi, para anggota kelompok sulit ngumpul untuk berdiskusi dan bekerja bersama karena faktor waktu (tiap anggota memiliki jadwal yang berbeda) dan jarak rumah angota-anggotanya yang berjauhan.
- Dalam hal pembagian tugas; ada anggota yang nggak kerja, ada yang jadi ‘sie. sibuk’. Harus ada pembagian tugas yang sesuai kompetensi anggota pastinya.
(masih berkaitan dengan tulisan sebelumnya: BAGAIMANA MENG-EFEKTIFKAN SEBUAH KELOMPOK?)

Jadi kita harus pintar-pintar mengatur strategi berkelompok, agar pekerjaan kita menjadi efektif dan excellent. Ada kalanya kita mengambil psinsip seperti koki masak: “kebanyakan tangan, ribet”. Ada kalanya juga kita berprinsip: “bersama kita bisa!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar