Kamis, 21 Oktober 2010

FENOMENA: ANARKISME MASSA


Hampir setiap hari, warta berita berisi kerusuhan, bentrokan, demo anarkis, perang antar suku, tawuran dan sebagainya. Kok sering sekali anarkisme semacam ini terjadi di masyarakat yang nota bene beradab dan berpendidikan. Saya coba analisis ‘Penyebab’ anarkisme massa makin sering terjadi akhir-akhir ini.

Kekecewaan dan Kemarahan masyarakat
Masyarakat kecewa dan marah terhadap otoritasnya sehingga mereka berdemo memprotes kebijakan pemerintah, lalu merusak sarana prasarana umum yang notabene milik negara. Masyarakat tidak merasakan puas dengan kinerja pemimpinnya.

Masyarakat Indonesia Makin Kritis dan Cerdas

Jika zaman orde baru dan orde lama masyarakat tunduk dan taat kepada yang diatas, tidak dengan masa sekarang. Masyarakat sudah semakin cerdas dan kritis menanggapi apa yang terjadi di sekitarnya.

Banyaknya Or-Mas
Organisasi-Organisasi Masyarakat menjamur saat ini, sesuai dengan undang-undang kebebasan berserikat. Tidak salah ber-organisasi, tetapi apa gunanya jika organisasi-organisasi ini malah mengkotak-kotakan masyarakat dan akhirnya  memicu bentrok antar ormas itu sendiri. Ormas yang saling tegang dan bertentangan prinsip, sering bentrok dan malah meresahkan masyarakat.

Peran Media
Prof. Sarlito Wirawan mengungkapkan dalam dialog di satu televisi swasta; “media secara tidak sadar menyajikan contoh anarkisme, yang akhirnya memanaskan suasana dan menjadi sebuah contoh untuk masyarakat yang menyaksikan…”.

Aparat Keamanan Hilang Wibawa
Entah kenapa pamor Kepolisian dan SatPol PP sekarang ini melorot. Masyarakat sudah tidak segan lagi dengan sosok pengayom masyarakat ini. Mungkin ada kekecewaan dan cap buruk terhadap instansi Polri dan Pamong Praja ini. Buktinya setiap ada kerusuhan (contoh peristiwa penggusuran makam mbah priok), massa sama sekali tidak gentar dengan polisi atau satpol PP bersenjata bahkan massa menyerang dan memukulo mundur aparat keamanan.

Kebebasan di Negara Demokrasi
Prinsip Demokrasi adalah kebebasan berpendapat, dengan cara apapun. Pada massa Orde Baru orang-orang yang kritis dan vocal dibungkam dan ditekan, sekarang mereka memanfaatkan ‘kebebasan’ ini untuk mengeluarkan pendapat mereka. Lalu masyarakat menjadi sering berdemonstasi, yang katanya adalah ‘wajar’ sebagai wujud pendewasaan demokrasi. Terkadang ‘kebebasan’ demokrasi menjadi ‘kebablasan’ (kelewatan).

FENOMENA: AKSI TUNGGAL ATAU AKSI MASSA


Masih segar dalam ingatan kita, peristiwa pencoretan atap ‘Gedung Kura-Kura Senayan’. Tulisan cat semprot merah bertuliskan: JUJUR, TEGAS, ADIL tersebut ditorehkan oleh artis senior Pong Hajatmo. Entah berani, nekad, atau cari cari perhatian; yang pasti 3 kata itu adalah suara hati dari Om Pong yang ingin disampaikan kepada Anggota Dewan Terhormat disana. “…Demo gak didengar, ngomong ini itu nggak dianggap, ya gimana… kasian rakyat kecil”, ungkapan itu yang diucap Pong saat ditanya oleh wartawan.

Selain aksi Om Pong, Ada lagi Pak Indra Azwan (51) seorang bapak asal Malang, yang melakukan aksi jalan kaki dari kampong halamannya ke Jakarta untuk bertemu Presiden SBY langsung. Tujuannya untuk menyampaikan ‘ketidak-puasannya’ terhadap keadilan hukum di Indonesia.



Yang dilakukan kedua orang ini memang boleh dikatakan nekad namun berani. Bayangkan bagaimana perjuangan Om Pong yang harus menembus Keamanan Gedung lalu memanjat dan beraksi di ketinggian atap ditengah terik siang hari. Apalagi perjuangan Pak Indra berjalan kaki lebih dari 1000 km, sampai telapak kakinya melepuh, lalu harus menembus protokoler untuk bertemu presiden yang memang tidak mudah.
Ditengah gejolak massa yang lebih suka ‘keroyokan’ mengungkapkan aspirasinya, dengan berdemo, orasi, sweeping, dll. Massa ini meluapkan kekecewaannya kepada pemerintah berbondong-bondong mengatas namakan Ormas, Ikatan Pekerja, Ikatan Mahasiswa, Golongan ini-itu, Ras ini-itu. Apakah mereka didengar? Apa mereka digubris? Rasanya tidak. Mereka dianggap kerumunan orang (crowd) yang bercuap-cuap, lalu tidak lama kemudian Polisi turun tangan membubarkan; Massa melawan alhasil berunjung bentrok. 

Saya salut terhadap dua pribadi ini. Mereka berani maju atas nama pribadi tetapi juga mewakili aspirasi masyarakat lain. Padahal secara logika: suara massa yang banyak saja  tidak didengar, apalagi sendiri. Tetapi dengan keberaanin dan keteguhan hati, ‘Pesan’ Pak Indra dan Om pong tersampaikan tanpa harus keroyokan.

Budaya kita memang kolektivis dan prinsip negara kita memang Demokrasi, tetapi bukan berarti sedikit-sedikit massa turun lalu berdemonstrasi. Perlu digaris bawahi bahwa ‘massa’ mudah sekali dipengaruhi, jangan sampai maksud menyampaikan aspirasi malah jadi anarki.

INDIVIDU DALAM MASSA

Seperti yang dikemukakan oleh Sidis; Individu dalam massa akan terkena ‘hipnotis ringan’ sehingga pertimbangan kritis hilang. Gustav Le bon juga mengungkapkan bahwa, massa itu mempunyai sifat psikoloogis tersendiri. Massa seakan mempunyai daya untuk melarutkan individu dalam satuan massa. Massa memiliki kesatuan pikiran dan kesatuan Jiwa. Durkheim mengemukakan: Individual mind dapat melebur menjadi collective mind. Jadi, disadari atau tidak ketika seseorang berada dalam kerumunan orang otomatis aka nada penularan (contagion) dari mereka yang ber-ramai-ramai itu.

Deindividuasi
Deindividuasi adalah melonggarnya kontrol perilaku diri sendiri karena berbaur dalam kumpulan orang. Hal ini lah yang sering terjadi dalam pergerakan massa. Dalam kumpulan manusia yang membludak, tidak ada lagi si A, si B, si C, yang ada adalah ‘Kita’. Jadi ketika identitas personal telah kabur, rasa tanggung jawab pun melonggar akhirnya muncullah kecenderungan ‘impulsive performance’.

Maka tak heran ketika massa berkumpul dalam jumlah banyak, maka aka nada kecenderungan untuk bertindak tidak terkontrol dan merasa ‘sok’. Perasaan ‘sok’ disini muncul karena massa merasa jumlah mereka banyak, sehingga individu-individu di dalamnya merasa aman dan akan saling melindungi sebagai suatu kesatuan. Kita lihat contoh nyata; ketika polisi mengamankan satu orang pendemo yang dianggap sebagai provokator, pastinya rekan-rekannya akan membela bahkan sampai melawan aparat. Contoh lain; Ketika ada rombongan kampanye, mereka biasanya berkendara tanpa mematuhi aturan, misalnya tidak memakai helm. Mereka sama sekali tidak merasa takut ditilang oleh polisi. Rombongan kampanye yang rata-rata tidak memakai helm itu tidak mungkin ditilang masal oleh polisi, dan polisi pun pastinya akan berpikir dua kali untuk menindak rombongan orang-orang tersebut.

Itulah Massa, disatu sisi dia punya kekuatan, namun kesatuan manusia ini juga ‘lemah’. Lemah karena tidak teratur, mudah terpengaruh, tersulut emosi dan berujung anarkisme. Maka berhati-hatilah ketika tergabung dalam sekumpulan massa dan hati-hati pula ketika Anda berada didekat kumpulan massa.

GERAKAN MASSA

Jenis-Jenis Gerakan Massa:
Menurut Danzigers, jenis-jenis gerakan massa terbagi menjadi 3, yaitu:
  • Gerakan Massa Progresif (Pro-pembaharuan)
  • Gerakan Massa Status Quo (Konservatif)
  • Gerakan Massa Reaksioner (Fleksibel)

Penyebabkan Gerakan Massa

Sesuai Teori Psiko analisa Sigmund Freud bahwa manusia memiliki dorongan-dorongan yang memerlukan pemuasan atau pemenuhan. Tetapi dorongan yang tidak memperoleh pelepasan, akan terdorong dan tersimpan dalam alam bawah sadar yang suatu saat dapat muncul kembali ke alam sadar kita bila memungkinkan.
Struktur Kepribadian manusia terdiri dari 3 bagian:
  • Id (dorongan instingtif)
  • Ego (sensor norma)
  • Super Ego (moral baik-buruk)



Perilaku massa didasari karena dorongan alam bawah sadar individu-individu, yang ditekan agar tidak muncul. Namun pada saat tertentu ‘tekanan’ tersebut akan meluap juga. Ibarat menyimpan bom waktu yang bisa meledak suatu waktu. Kemarahan, kekecewaan, ketidak-puasan yang tersimpan akan muncul dipermukaan bila keadaannya memungkinkan, salah satu bentuknya adalah dalam massa.

Proses Dinamika Gerakan Massa
  • Pemusatan perhatian (mencari dukungan dan perhatian dari sekitar)
  • Penciptaan Suasana Kebersamaan (individu yang satu rasa dan satu pikiran)
  • Pusat rasa kagum dan perasaan berasa pada suatu massa (pembauran dalam massa)
  • Mengarahkan aktifitas massa

FENOMENA: Massa Pasif Menjadi Massa Aktif Cerita Per-sepakbola-an Indonesia

Apa itu Massa Pasif dan Massa Aktif?

Burges dan Park membedakan massa menjadi 2 jenis, yaitu:
Massa Pasif: Sekumpulan orang-orang yang tidak/belum melakukan tindakan nyata, biasa dikenal dengan istilah Audience. Contohnya: para pendengar ceramah, penonton konser, supporter sepakbola, dll.
Massa Aktif: Sekumpulan orang-orang yang terbentuk karena telah adanya tindakan-tindakan nyata, biasanya disebut dengan istilah Mob. Contohnya: demonstrasi, bentrokan massa, mogok kerja masal dll.
Mc Laughlin menyatakan bahwa ada 3 kondisi yang melatar-belakangi, yaitu:
  • Adanya problem yang cukup serius
  • Upaya penyelesaian masalah yang tertunda
  • Adanya keyakinan dalam kelompok massa bahwa problem harus diselesaikan
Ada pun faktor penyebabkan massa aktif, yaitu:
  • Perasaan tidak puas
  • Tekanan jiwa pada masyarakat

Massa Pasif yang Menjadi Aktif
Ulah supporter bola sekarang semakin tidak terkendali. Para Supporter yang seharusnya menonton dibangku penonton sambil mendukung kesebelasan kesayangannya, sekarang kumpulan orang-orang ini sudah semakin aktif nan anarkis. Sudah menjadi tradisi disetiap laga pertandingan sepakbola tanah air kita; yang menjadi ‘keseruan’ distadion adalah bentrok para supporter kesebelasannya, bukan pertandingan sepakbolanya.

Supporter yang berlari masuk ke lapangan saat permainan berlangsung. Rusuh membakar gawang dan merusak stadion. Tawuran antar supporter.

Kenapa hal ini dapat terjadi? Kelompok massa yang seharusnya pasif, sekarang beralih menjadi massa yang aktif bahkan  mereka terkadang cenderung brutal.

Ungkapan Gemes, Kecewa dan Marah
Audience/supporter sepertinya tidak betah berdiam diri saja menyaksikan dan menyemangati bintang lapangan atau bintang panggung pujaannya dari kejauhan, mereka juga ingin terlibat dan menjadi ‘bintang’nya. Mungkin si penonton ‘gemes’ melihat penampilan bintang pujaannya yang tampil tidak memuaskan dan karena tidak dapat menahan diri si penonton yang tadinya pasif kini bertindak aktif.
Apalagi jika tim kesayangannya menelan kekalahan, ada rasa kecewa yang ingin dilampiaskan oleh para supporter fanatik itu entah begaimana dan kepada siapa. Sehingga mereka memilih mengungkapkannya dengan cara-cara yang tidak terpuji. Atau mungkin juga ada suatu kemarahan atau kekecewaan karena kecurangan pemain lawan atau kepada wasit dalam pertandingan. Suatu emosi yang tak terbendung akhirnya berujung pada hal yang memalukan.


Hipnotis Massa
Disadari atau tidak, bila sudah berada ditengah-tengah massa, ada suatu ‘hipnotis’ yang membuat individu-individu tersebut begitu terlarut dalam suasana. Jadi begitu ada oknum ‘kompor’ yang membuat suasana menjadi panas, langsung saja massa pasif ini bereaksi secara kolektif tanpa pikir panjang.

Solidaritas Ngawur
Pemicu bentrok antar kelompok umumnya terjadi karena adanya solidaritas yang keliru. “kalo satu dari kita kesenggol, kita semua kudu turun”, sebuah ungkapan kesetia-kawanan yang keliru dengan mengatas-namakan kesatuan supporter. Kekeliruan solidaritas ini, tak jarang membuat masalah sepele antar pribadi menjadi masalah kelompok, yang berujung kerusuhan. Memang sebuah kecenderungan setiap orang bahwa; ketika kita bersama-sama (bergerombol) kita akan merasa lebih hebat. Nah, budaya keroyokan ini yang juga kurang baik, kawan.

PSIKOLOGI MASSA

Ternyata ilmu psikologi benar-benar luas kajiannya. Sesuai dengan jargon para cendikiawan: ‘Dimana ada manusia, disitu ada psikologi’. Sekarang kita membahas mengenai psikologi massa. Dimana kita mengkaji perilaku kumpulan orang-orang.

Apa itu Massa?
Massa adalah sekumpulan banyak orang (ratusan/ribuan) yang berkumpul dalam suatu kegiatan yang bersifat sementara. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, Massa adalah sekumpulan orang banyak yang tidak teratur; orang banyak yang bersatu oleh ikatan atau pikiran tertentu.

Massa Abstrak & Massa Kongkrit
Menurut Mennicke Massa terdiri dari 2 jenis, yaitu:

Massa AbstrakMassa abstrak adalah sekumpulan orang-orang yang sama sekali belum terikat satu kesatuan, norma, motif, dan tujuan.
Alasan Massa abstrak muncul disebabkan karena beberapa hal:
  • Ada kejadian menarik
  • Individu mendapat ancaman
  • Kebutuhan tidak terpenuhi
Massa KongkritMassa kongkrit adalah sekumpulan orang-orang yang mempunyai ciri-ciri:
  • Adanya kesatuan pikiran dan sikap
  • Adanya ikatan batin dan persamaan norma
  • Ada struktur yang jelas
  • Bersifat dinamis dan emosional
  • Sifat massa jelas

Kamis, 14 Oktober 2010

BERKELOMPOK ITU KEBUTUHAN KITA DAN WAJIB HUKUMNYA


Manusia jelas tidak dapat hidup sendiri, sebagai makhluk sosial kita membutuhkan orang lain. Suka-tidak suka kehadiran orang lain itu penting bagi seorang yang normal; se-egois apapun kita, se-individualis apapun kita, sehebat apapun kita, tetap saja kita butuh orang lain.
Dua atau lebih orang yang saling tertarik, saling mempengaruhi dan saling bergantung; itulah yang disebut kelompok/grup. Keluarga, teman, sahabat, tim, komunitas; itu adalah beberapa contoh dari kelompok.
Merujuk pada ‘Hirarki Kebutuhan Maslow’, dimana manusia memiliki 5 kenis kebutuhan yang tersusun secara bertingkat (lihat gambar).

Mulai dari kebutuhan dasar, kebutuhan keamanan, kebutuhan cinta, kebutuhan penghargaan, sampai Aktualisasi diri; itulah yang ingin dan harus dipenuhi oleh manusia-manusia. Dan bila kita analisa lebih lanjut manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut seorang diri.
-          Untuk memenuhi kebutuhan dasar fisiologis; sex misalnya, manusia jelas butuh pasangan hidup (istri/suami).
-          untuk memenuhi safety needs, manusia ketika masih bayi pastinya butuh perlindungan orang tua. Bahkan manusia yang adalah makhluk paling lemah, akan membutuhkan perlindungan dan bimbingan dari manusia lain (orang tua) lebih lama dari makhluk spesies lain.
-          kebutuhan rasa cinta, kebutuhan diterima/afiliasi oleh individu lain. Ini adalah salah satu yang menjadi alasan mengapa orang berkelompok.
-          Kebutuhan Penghargaan, self esteem, achievement, competency, termasuk need for power; hal-hal tersebut juga tidak dapat dipenuhi tanpa interaksi sosial.
-          Sampai akhirnya untuk Aktualisasi Diri yang adalah akumulasi dari kebutuhan-kebutuhan diatas, pastinya ada kontribusi dari orang lain.

So, kita MEMBUTUHKAN orang lain dalam memenuhi kebutuhan, lebih khusus orang lain sebagai kelompok-kelompok yang memberi kontribusi dalam hidup kita.




Merujuk lagi pada ‘Teori Psikososial Ericson’, dimana ada 8 tahap perkembangan manusia, masing-masing terdiri dari 2 kutub ekstrim berlawanan dan dinamikanya dipengaruhi interaksi sosialnya.



Pada Tahap Remaja ada tahap yang disebut ‘Identity Vs Role Confusion’, Dimana manusia seusia belasan tahun (puber) memasuki tahap berkelompok dengan teman sebayanya. Melalui kelompok inilah ‘identitas’ individu akan terbentuk. Tugas seorang adolescence adalah bergaul atau nge-gank, itu adalah wajib dan harus. Karena dengan membaur dalam kelompok, ia belajar banyak hal; menghargai orang lain, berbagi, peduli, berempati dan lebih dari pada itu keberhasilah pada tahap ini akan menentukan keberhasilan individu pada tahap kehidupan selanjutnya.

Bergaul dalam komunitas/kelompok/gank itu adalah sebuah KEHARUSAN bagi orang muda.

JENIS-JENIS KELOMPOK


Berikut ini adalah jenis-jenis penggolongan kelompok: 
  • Dyad
Kelompok yang terdiri dari 2 orang saja, interaksi dan interdepedensi kuat.
Contoh: pasangan suami-istri
2.        
  • Kelompok Kecil
Kelompok primer dimana anggotanya dapat berkomunikasi secara ‘face to face’, ketergantungan dan identitas kelompok sangat jelas. Biasanya jumlah anggotanya kurang dari 12 orang.
Contoh: Keluarga, Tim kerja perusahaan.
3.        
  • Organisasi
Sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama dengan struktur yang sangat jelas.
Contoh: Yayasan, Perusahaan dll.
4.        
  • Massa
Sekumpulan orang yang banyak (ratusan/ribuan) yang berkumpul bersifat temporer/sementara, dengan satu tujuan yang sama, namun tidak terstuktur.
Contoh: Demonstrasi
5.      
  • Agreegat
Sekumpulan orang dengan karakteristik tertentu, dimana orang-orang tersebut tidak saling mengenal ataupun berinteraksi
Contoh: orang-orang antri sembako


Robbins juga mengemukakan pendapatnya mengenai Jenis-jenis kelompok, yaitu:
  • -          Kelompok Formal
  • -          Kelompok Informal
  • -          Kelompok Komando
  • -          Kelompok Tugas
  • -          Kelompok Interest
  • -          Friendship

F.I.R.O


Fundamental Interperonal Relations Orientation atau biasa disingkat F.I.R.O yang dikemukakan oleh Willian C. Schultz. Menjelaskan mengenai hal-hal yang mendorong seseorang masuk dalam kelompok.
3 dimensi hubungan interpersonal tersebut yaitu:

-          Need of Inclusion
Kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki (merasa jadi bagian dalam suatu kelompok)

-          Need of Control
Kebutuhan untuk mendominasi dan didominasi. 

-          Need of Affection
Kebutuhan kasih sayang (menyukai dan disukai)

WHY DO PEOPLE JOIN GROUPS?

Membangun hubungan dengan orang lain adala salah satu kebutuhan dasar dari manusia. Sejak zaman purba, manusia selalu hidup berkelompok sebagai upaya ‘survival’ sebagai makhluk yang lemah. Sudah menjadi ‘basic instinct’ semua manusia diseluruh dunia dalam budaya manapun, untuk membangun ‘Relationship’ dengan manusia lain, itulah mengapa kita disebut ‘makhluk sosial’.
Kenapa orang masuk kelompok? Selain alasan ‘evolutioner’ diatas. Beberapa tokoh psikologi kelompok juga memiliki beberapa pemikiran, alasan orang masuk kedalam sebuah kelompok:

Forsyth:
- Pemuasan kebutuhan-kebutuhan psikologis
- Meningkatkan ketahanan yang adaptif (survival)
- Kebutuhan akan informasi

Robbins:
- Rasa aman
- Status
- Penghargaan diri
- Keterikatan
- Kekuasaan
- Pencapaian tujuan

Shaw:
- Keterikan interpersonal
- Aktivitas kelompok
- Tujuan kelompok
- Keanggotaan kelompok
- Efek instrumental dari keanggotaan kelompok

Sabtu, 09 Oktober 2010

KERJA KELOMPOK LEBIH BAIK DARI PADA KERJA SENDIRI, APA BENER?

Pepatah lama bilang: “Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”. Ada juga prinsip dalam gotong royong: “Bekerja bersama akan terasa lebih ringan dan lebih cepat”. Intinya sih mengajarkan kita bahwa kalo kerja kelompok itu akan lebih efektif, kerja bareng-bareng lebih baik dari pada kerja sendiri. Apa bener begitu?
Dari pengalaman saya kerja kelompok sejak masih pake baju putih biru (SMP) sampai sekarang udah di bangku Kuliah, membuktikan bahwa: ‘Nggak selalu kerja bareng akan lebih baik’. Saya malah ngerasa kerja kelompok itu lebih ‘ribet’ dan melelahkan, dan hasilnya pun kadang kurang memuaskan (buat diri saya pribadi). Belajar kelompok juga gitu. Malah lebih banyak bercandanya dari pada belajarnya. Dan saya coba tanya-tanya beberapa teman, ada juga yang ngerasa demikian, lebih enak kerja sendiri dari pada keroyokan.
Kenapa yaa? Apa jangan-jangan saya (dan teman saya yang saya tanya) yang terlalu ‘egoistis’ dan ‘individualistis’?

Ternyata setelah mempelajari buku: Social Psychology karya Aronson, dkk. Saya dapat jawabannya, berdasarkan teori-teori

1. Social Loafing & Social Facilitation.
Jadi menurut teori itu, Kinerja kita secara tidak langsung dipengaruhi oleh kehadiran orang lain. Nah, kehadiran orang lain itu bisa bikin kita semangat atau sebaliknya. Menurut Robert Zaconc, Social Facilitation artinya: kehadiran orang lain membuat kita berenergi dan akhirnya kinerja kita jadi bagus. Sedangkan Social Loafing, menurut Bibb Latane artinya: dalam kerja kelompok, kinerja seseorang kurang baik bila diberi tugas sederhana, dan akan terpacu untuk berkerja baik jika diberi tugas kompleks.
Nah, kemungkinannya adalah: tugas yang diberikan untuk kelompok kita itu tergolong sederhana, jadi kita kurang terpacu, cenderung menyepelekan dan pembagian tanggung jawab yang kurang jelas.

2. Contagion
Gustav Lee Bon bilang: dalam sekelompok orang ada penularan emosi atau perilaku dari seorang ke orang lain. Dan kabar buruknya, hal buruk lebih cepat ‘menular’ dari pada hal baik. Nah, mungkin saat sedang kerja kelompok, ada ‘hawa malas’ dan hasrat buat bercanda dari seorang anggota dalam kelompok, akhirnya membuat kita (satu kelompok) jadi ikutan juga.

3. Groupthink
Irvin Janis bilang: dalam berkelompok sangat mungkin ada kekeliruan pengambilan keputusan. Hal itu bisa terjadi karena ada tuntutan untuk memenuhi prinsip “banyak kepala, satu pikiran”. Walau tak bisa dipungkiri memang pendapat dari beberapa orang akan lebih objektif dan melengkapi ide-ide.

4. Kemungkinan Lain
Kemungkinan lainnya bisa jadi dari faktor situasi dan juga mungkin faktor personal anggota. Contohnya:
- Dalam hal komunikasi, para anggota kelompok sulit ngumpul untuk berdiskusi dan bekerja bersama karena faktor waktu (tiap anggota memiliki jadwal yang berbeda) dan jarak rumah angota-anggotanya yang berjauhan.
- Dalam hal pembagian tugas; ada anggota yang nggak kerja, ada yang jadi ‘sie. sibuk’. Harus ada pembagian tugas yang sesuai kompetensi anggota pastinya.
(masih berkaitan dengan tulisan sebelumnya: BAGAIMANA MENG-EFEKTIFKAN SEBUAH KELOMPOK?)

Jadi kita harus pintar-pintar mengatur strategi berkelompok, agar pekerjaan kita menjadi efektif dan excellent. Ada kalanya kita mengambil psinsip seperti koki masak: “kebanyakan tangan, ribet”. Ada kalanya juga kita berprinsip: “bersama kita bisa!”

KARAKTERISTIK KELOMPOK

Sama halnya dengan manusia sebagai individu, setiap kelompok juga memiliki karakternya masing-masing. Karakteristik itulah yang membuat perbedaan dan keunikan.
Karakteristik Kelompok menurut Sortsyth (Arishanti, 2005), yaitu:

1. Interaksi
Bagaimana hubungan/kontak fisik, verbal, nonverbal dan emosional dari anggotanya.
2. Struktur
Mengacu pada relasi antar anggota, struktur peran dan jabatan dalam anggota, serta norma dalam kelompok.
3. Tujuan
Hal yang ingin dicapai, baik oleh kesatuan kelompok atau kesatuan individu anggota kelompok tersebut. Dan umumnya tujuan inilah motivasi yang paling kuat dalam perilaku kelompok.
4. Groupness
Hampir mirip dengan istilah kohesifitas, dimana kelompok tersebut menjadi kesatuan yang bersatu.
5. Ketergantungan Dinamis
Dalam kelompok perlu adanya Interdependensi pada anggotanya, namun bukan berarti bergantung sepenuhnya pada seseorang/beberapa orang.

PENDEKATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PSIKOLOGI KELOMPOK


Sama halnya dengan studi lainya, sebuah masalah atau fenomena dapat dipandang dari beberapa sudut pandang, atau biasa disebut dengan pendekatan. Dan dalam studi mengenai kelompok, terdapat beberapa pendekatan yang digunakan, yaitu:


Teori sintalitas Kelompok
Teori yang diungkapkan oleh Cattel, 1951. Sintalitas adalah kepribadian pada individu dan mencakup hal-hal kebersamaan, dinamika, tempramen dan kemampuan kelompok (Cahyani, 2008)
Ada 3 dimensi yang dapat dikaji dalam kelompok:
a.       Sifat-sifat sintalitas
Pengaruh kehadiran kelompok terhadap kelompok lain dan juga terhadap lingkungannya.
b.      Sifat-sifat Struktur Kelompok
Hal ini lebih kepada internal kelompok. Bagaimana hubungan antar anggota kelompok, pola organisasi, dan perilaku kelompok tersebut.
c.       Sifat-sifat Populasi
Sifat rata-rata anggota kelompok terhadap masalah lingkungannya.

Teori Produktivitas Kelompok
Teori Produktivitas atau teori prestasi kelompok yang dikemukakan oleh Stogdill ini adalah pengembangan dari 3 teori dari orientasi yang berbeda, yaitu:
a.       Orientasi Penguat, yaitu mengenai teori-teoi tantang belajar
b.      Orientasi Lapangan, yaitu teori-teori tentang interaksi
c.       Orientasi Kognitif, yaitu teori-teori tentang harapan
Gambaran dari teori ini adalah sebagai berikut:




Penjelasan:
Masukkan dari anggota (sumber input)
Kelompok adalah suatu sistem interaksi yang terbuka. Struktur dan kelangsungan kelompok bergantung pada tindakan anggota: Interaksi (adalah reaksi yang terjadi sebagai respons terhadap reaksi anggota lain); Hasil perbuatan (performance) adalah kegiatan yang mempunyai kaitan dengan kelompok, yaitu merupakan bagian dari interaksi. Misal: kerja sama, merencana, berkomunikasi, yang kesemuanya dilakukan dalam kedudukan pelaku sebagai anggota kelompok; Harapan adalah kesediaan untuk mendapatkan reinforcement (kekuatan yang dijadikan suatu dorongan untuk maju)

Variabel Media
Interaksi, perbuatan dan harapan, merupakan bagian yang saling bergantung:
1) Struktur formal: Fungsi adalah sumbangan yang diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu terhadap pencapaian tujuan kelompok; Status menunjukkan kebebasan seseorang dalam posisi tertentu untuk mengambil prakarsa dan mempertahankan tujuan kelompok. Status dinilai dengan menghubungkan satu posisi dengan posisi lainnya sehingga terlihat adanya hierarki kelompok.
2) Struktur peran (role) adalah perkiraan perilaku yang diharapkan seseorang dalam posisi tertentu.
3) Responsibility/tanggung jawab adalah serangkaian hasil perbuatan yang diharapkan dari individu dalam batas-batas posisinya.
4) Otoritas adalah tingkat kebebasan yang diharapkan untuk dilakukan individu dalam posisinya

Prestasi Kelompok (out put)
Output dalam kelompok/produktifitas bisa diartikan sebagai efektifitas kelompok dalam mencapai tujuannya
1) Produktivitas adalah derajat perubahan harapan tentang nilai-nilai yang dihasilkan oleh perilaku kelompok, yaitu kearah nilai yang lebih positif atau lebih negatif
2) Moral adalah derajat kebebasan dari hambatan-hambatan dalam kerja kelompok menuju tujuannya. Termasuk dalam moral kelompok adalah kebebasan individu untuk bertindak, berinteraksi.
3) Integrasi adalah tingkat kemampuan kelompok untuk mempertahankan struktur dan mekanisme operasinya dalam kondisi yang penuh tekanan.