Kamis, 21 Oktober 2010

FENOMENA: Massa Pasif Menjadi Massa Aktif Cerita Per-sepakbola-an Indonesia

Apa itu Massa Pasif dan Massa Aktif?

Burges dan Park membedakan massa menjadi 2 jenis, yaitu:
Massa Pasif: Sekumpulan orang-orang yang tidak/belum melakukan tindakan nyata, biasa dikenal dengan istilah Audience. Contohnya: para pendengar ceramah, penonton konser, supporter sepakbola, dll.
Massa Aktif: Sekumpulan orang-orang yang terbentuk karena telah adanya tindakan-tindakan nyata, biasanya disebut dengan istilah Mob. Contohnya: demonstrasi, bentrokan massa, mogok kerja masal dll.
Mc Laughlin menyatakan bahwa ada 3 kondisi yang melatar-belakangi, yaitu:
  • Adanya problem yang cukup serius
  • Upaya penyelesaian masalah yang tertunda
  • Adanya keyakinan dalam kelompok massa bahwa problem harus diselesaikan
Ada pun faktor penyebabkan massa aktif, yaitu:
  • Perasaan tidak puas
  • Tekanan jiwa pada masyarakat

Massa Pasif yang Menjadi Aktif
Ulah supporter bola sekarang semakin tidak terkendali. Para Supporter yang seharusnya menonton dibangku penonton sambil mendukung kesebelasan kesayangannya, sekarang kumpulan orang-orang ini sudah semakin aktif nan anarkis. Sudah menjadi tradisi disetiap laga pertandingan sepakbola tanah air kita; yang menjadi ‘keseruan’ distadion adalah bentrok para supporter kesebelasannya, bukan pertandingan sepakbolanya.

Supporter yang berlari masuk ke lapangan saat permainan berlangsung. Rusuh membakar gawang dan merusak stadion. Tawuran antar supporter.

Kenapa hal ini dapat terjadi? Kelompok massa yang seharusnya pasif, sekarang beralih menjadi massa yang aktif bahkan  mereka terkadang cenderung brutal.

Ungkapan Gemes, Kecewa dan Marah
Audience/supporter sepertinya tidak betah berdiam diri saja menyaksikan dan menyemangati bintang lapangan atau bintang panggung pujaannya dari kejauhan, mereka juga ingin terlibat dan menjadi ‘bintang’nya. Mungkin si penonton ‘gemes’ melihat penampilan bintang pujaannya yang tampil tidak memuaskan dan karena tidak dapat menahan diri si penonton yang tadinya pasif kini bertindak aktif.
Apalagi jika tim kesayangannya menelan kekalahan, ada rasa kecewa yang ingin dilampiaskan oleh para supporter fanatik itu entah begaimana dan kepada siapa. Sehingga mereka memilih mengungkapkannya dengan cara-cara yang tidak terpuji. Atau mungkin juga ada suatu kemarahan atau kekecewaan karena kecurangan pemain lawan atau kepada wasit dalam pertandingan. Suatu emosi yang tak terbendung akhirnya berujung pada hal yang memalukan.


Hipnotis Massa
Disadari atau tidak, bila sudah berada ditengah-tengah massa, ada suatu ‘hipnotis’ yang membuat individu-individu tersebut begitu terlarut dalam suasana. Jadi begitu ada oknum ‘kompor’ yang membuat suasana menjadi panas, langsung saja massa pasif ini bereaksi secara kolektif tanpa pikir panjang.

Solidaritas Ngawur
Pemicu bentrok antar kelompok umumnya terjadi karena adanya solidaritas yang keliru. “kalo satu dari kita kesenggol, kita semua kudu turun”, sebuah ungkapan kesetia-kawanan yang keliru dengan mengatas-namakan kesatuan supporter. Kekeliruan solidaritas ini, tak jarang membuat masalah sepele antar pribadi menjadi masalah kelompok, yang berujung kerusuhan. Memang sebuah kecenderungan setiap orang bahwa; ketika kita bersama-sama (bergerombol) kita akan merasa lebih hebat. Nah, budaya keroyokan ini yang juga kurang baik, kawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar